Big Data & Netflix
“Belajar dari kesuksesan Netflix menggunakan Big Data”
Mungkin menonton Netflix sudah menjadi bagian dari aktifitas rutin kita saat ini. Beragam genre film dan series disajikan dengan rapi dan mudah untuk diakses. Sebut saja serial House of Cards dan Money Heist yang berhasil banyak menyita banyak viewers dan menjadikan Netflix menjadi platform video on demand yang sangat digandrungi di belahan masyarakat dunia. Terlebih disituasi pandemi saat ini.
Di awal berdiri, Netflix tidaklah seperti apa yang kita kenal saat ini. Berdiri di tahun 1997, Netflix membuat bisnis penjualan DVD dan penyewaan melalui pengiriman pos (mail). Saat itu Netfilx hadir berkompetisi bersama Blockbuster yang telah memiliki sebaran outlet dibeberapa belahan wilayah US. Dimana Blockbuster telah mampu menghasilkan lebih dari 500 Billion Dollar sementara Netflix baru bisa mencatat revenue 50 Million Dollar.
Inovasi yang ditawarkan Netflix diawal berdiri adalah memberikan layanan pengiriman DVD ke rumah melalui pos dan tidak menggunakan sistem denda bagi user yang terlambat mengembalikan. Padahal sistem denda diterapkan dengan sangat baik oleh Blockbsuster. Blockbuster banyak meraih keuntungan dari sistem denda.
Meniadakan denda ternyata cukup banyak menarik user Blockbuster berpindah menggunakan layanan Netflix.
Inovasi Netflix tidak terhenti pada sebatas sistem denda. Ditahun 2007 Reed Hasting founder Netflix menciptakan inovasi bisnis yang revolusioner. Yaitu media streaming yang dapat diakses melalui internet. Mengapa keputusan ini dikatakan sangat revolusioner ? Karena keputusan inilah yang akhirnya secara perlahan mematikan sumber pendapatan utama Netflix yang berasal dari penyewaan DVD.
Media streaming yang diberlakukan Netflix bertumbuh exponensial hingga saat ini. Tercatat diawal tahun 2021 tembus 203,6 juta jumlah pengguna di seluruh dunia. Lalu bagaimana Netflix bisa berhasil ?
Jika kita telusuri beragam literatur mengenai keberhasilan Netflix saat ini, kita akan disuguhkan jawaban mengenai keberhasilan penggunaan teknologi Big Data di tubuh Netflix. Big Data & Netflix banyak memberikan ragam insight bagi para executive Netflix untuk memutuskan segala keputusan — keputusan penting guna membangun bisnisnya hingga saat ini.
Setidaknya ada 3 hal bagaimana Netflix menggunakan Big Data untuk pertumbuhannya :
- Customer Profiling : Jika kita menggunakan layanan Netflix, pasti kita akan melakukan pencarian di fitur search, menentukan mana film yang ingin kita tonton, melakukan pause dibeberapa adegan — adegan tertentu serta melakukan skip pada bagian credit akhir content. Seluruh aktifitas yang kita lakukan saat menikmati layanan tersebut digunakan secara maksimal oleh Netflix untuk dijadikan sebagai profiling masing-masing customer mereka. Sehingga dengan profiling tersebut, Netflix dapat dengan spesifik mempertemukan content yang memang benar-benar sesuai dengan karakter maupun taste dari masing-masing customernya.
- Creative Project Decision : Tidak menutup kemungkinan Netflix merupakan perusahaan entertainment yang memilki data mengenai customer lebih besar dibanding industri entertainmen lainnya. Dengan Big Data inilah menjadi dasar bagi Netflix untuk melakukan ragam keputusan creative. Mereka tidak hanya sekedar mengikuti pasar mengenai content sedang trend tetapi berusaha dengan seksama membaca untuk mengambil keputusan creative. Seperti ketikan Netfix memutuskan menciptakan ragam serial original content yang tidak ditawarkan oleh Blockbuster.
- Redefining Strategy : Big data juga membantu Netflix dalam merumuskan strategi bisnis seperti apa yang harus mereka lakukan. Seperti keputusan Netflix untuk mematikan layanan penjualan dan penyewaan DVD. Kemudian memutuskan untuk membuat original content sendiri, menggunakan layanan berlangganan tanpa iklan dan sistem video on demand yang memberikan keleluasaan bagi pelanggannya untuk memilih tayangan mana yang benar-benar mereka inginkan.
Dari case study Netflix kita bisa belajar bagaimana penggunaan Big Data menjadi sangat penting di era digital saat ini. Para executive di berbagai organisasi akan dapat mendapatkan insight dan kemudahan dalam menentukan sebuah keputusan. Baik terkait dengan strategi bisnis maupun layanan seperti apa yang dapat diberikan kepada customer.
Tetapi Big Data tidaklah hanya kita lihatsekedar teknologi. Tetapi kita harus benar-benar memahami dahulu secara fundamental apa tujuan dari kita atau organisasi dalam menggunakan Big Data. Karena yang terpenting adalah bukan pada secanggih apa teknologi Big Data yang kita pakai. Melainkan memahami lebih dalam lagi esensi “Untuk apa kita menggunakan teknologi Big Data”.
“Big data is powerful, but big data plus big ideas is transformational” -Bill taylor-
Salam
Ikhlasul Amal